Minggu, 01 Februari 2015

Serebro Panca Indra


Embriologi Sistem Saraf Pusat


Secara garis besar perkembangan sistem saraf pusat dibagi atas 3 periode yaitu:
  • Periode embrionik (mulai konsepsi sampai 8,5 minggu)
  • Periode fetal (mulai 8,5 minggu sampai 40 minggu)
  • Periode pascanatal
Pembentukan susunan saraf pusat diawali dengan pembentukan lempeng neural (neural plate) dari penebalan lapisan ektoderm yang memanjang dari kranial ke arah kaudal pada awal minggu ketiga. Selanjutnya kedua bagian sisi kiri dan kanan akan bertambah tebal dan meninggi, membentuk lipatan-lipatan saraf yang dikenal sebagai krista neuralis, krista neuralis akan semakin meninggi dan mendekat satu sama lain serta meyatu di garis tengah. Dengan demikan terbentuk neural tube, penutupan neural tube tersebut umumnya dimulai dari bagian tengah dan baru disusul oleh penutupan bagian kranial dan kaudal. Setelah neural tube menutup, pada bagian  anteriornya akan mulai membentuk tiga buah gelembung, masing-masing adalah:
  • Proensefalon: bakal telensefalo dan diensefalon
  • Mesensefalon
  • Rombensefalon: bakal metensefalon dan mielensefalon

Pada akhir minggu ketiga atau awal minggu keempat, ketiga gelembung tadi telah berubah menjadi empat buah gelembung yaitu:
  • Telensefalon; yang kelak menjadi hemisfer serebri
  • Diensefalon dengan dua buah tonjolan cikal bakal mata
  • Mesensefalon; yang kelak membentuk pons dan serebellum
  • Mielensefalon yang kelak menjadi medulla oblongata.

Rongga di dalam gelembung –gelembung akan berkembang dan membentuk sistem ventrikel cairan otak sebagai berikut :
  • Rongga dalam telensefalon (hemisfer serebri) akan membentuk ventrikel lateralis kiri dan kanan.
  • Rongga dalam diensefalon akan membentuk ventrikel III
  • Rongga dalam mesensefalon akan membentuk akuaduktus Sylvius (menghubungkan  ventrikel III dan  ventrikel IV)
  • Rongga dalam mielensefalon akan membentuk ventrikel IV.

Berikut adalah Turunan Krista Neuralis:
Turunan Krista Neuralis
Jaringan ikat dan tulang wajah dan tengkorak
Ganglion saraf cranial
Sel C kelenjar tiroid
Septum konotrunkal di jantung
Odontoblas
Dermis di wajah dan leher
Ganglion spinalis
Rantai simpatis dan ganglion pre-aorta
Ganglion parasimpatis saluran cerna
Medula adrenal
Sel Schwann
Sel glia
Meningen
Melanosit
Sel otot polos pembuluh darah wajah dan otak depan

Sumber: The development of the neural crest in the human (Journal)


Area Brodman

Area Brodman
Nama Area
Cortex Cerebri
Fungsi
1
2
3
Area somatik primer
Gyrus postcentralis
Sensibilitas kutan dan viscera
Sensibilitas viscera
Sensibilitas kutan
 3,4
Area somatik sekunder 

 Sensoris umum, termasuk nyeri
5,7 
Area asosiasi somatik
(Asosiasi parasensoris) 
Lobulus parietalis superior 
Stereognosis: penilaian komprehensif karakteristik objek yang diraba tanpa melihatnya 
17 
Area visual primer
(area striata) 
Sekitar fissura calcarina 
Akhiran radiatio optica dari corpus geniculatum laterale (CGL) = pusat penglihatan 
 18
19
39
Area visual sekunder
Area visual tersier
Area asosiasi visual tinggi 
Sebelah area 17
Sebelah area 18
Gyrus angularis 
Area asosiasi visual 18-19: gerakan scanning otomatis bola mata 
41
42 
Area auditoris primer
Area auditoris sekunder 
Gyrus temporalis transversus
(convolutio heschl) 
Akhiran radiatio auditiva dari corpus geniculatum mediale (CGM)
= pusat pendengaran 
22 
Area asosiasi auditoris
(area wernick)
Area bahasa sensoris
Gyrus temporalis superior 

 22
39
40
Area asosiasi area-area asosiasi sensoris 
Gyrus temporalis sup.
Gyrus angularis
Gyrus supramaginalis 
Memproses input-input dari area-area asosiasi sensoris 
 43
Area gustatoris
Operculum 
Pusat pengecapan 
 34
Area olfaksi 
Uncus 
Pusat penciuman 
 9-12
Cortex prefrontalis 
Bagian depan gyrus frontalis superior-gyrus orbitalis 
Pengatur depth of feeling
(afek/perasaan)
Representatif sistem limbik 
38 
Psychical cortex 
Neocortex polus anterior lobus temporalis 
Berhubungan dengan pegalaman masalalu, membangkitkan kembali benda-benda yang pernah dilihat atau musik yang pernah didengar 
 4
Area motoris primer 
Gyrus precentralis 
Pusat motorik: asal tractus corticospinalis et corticobulbaris 
 6
Area premotoris 
Gyrus frontalis sup.
(rostral gyrus presentral) 
Gerakan manipulatif
(aktivitas motoris yang dipelajari) 
Frontal eye field 
Gyrus frontalis sup
(rostral area 6) 
Gerakan scanning volunter bola mata 
 44
45
Area bahasa motoris
(Area broca) 
Pars opercularis
Pars triangularis 
Mekanisme produksi bicara 

Nervus Cranialis




Jaras Cranialis

Sistem Olfaktorius (N I)

Jaras olfaktorius terdiri dari epitelim olfaktorius hidung, fila olfaktoria (N I), bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius, serta area kortikal (paleokorteks) yang terbentang dari unkus lobus temporalis melewati substansia perforata anterior ke permukaan medial lobus frontalis di bawah genu korpus kalosum. Neuron pertama jaras olfaktorius adalah sel-sel olfaktorius bipolar, neuron kedua adalah sel mitral dan tufted cells bulbus olfaktorius. Neurit sel-sel tersebut membentuk traktus olfaktorius (neuron kedua), yang terletak didekat dan tepat dibawah korteks frontobalasis (orbitofrontalis). Traktus olfaktorius terbagi menjadi stria olfaktoria lateralis dan medialis didepan substansia perforata anterior, bagian lainnya berakhir di trigonum olfaktorium, yang juga terletak didepan substansia perforata anterior. Serabut-serabut stria lateralis berjalan melalui limen insulae ke amigdala, girus semilunaris, dan girus ambiens (area prepiriformis). Tempat ini merupakan lokasi neuron ketiga, yang berproyeksi ke bagian anterior girus parahipokampalis (area brodman 28, mengandung lapangan proyeksi kortikal dan area asosiasi sistem olfaktorius). Serabut stria medial berakhir di nuklei area septalis di bawah genu korpus kalosum (area subkalosa) dan didepan komisura anterior. Serabut yang keluar dari nuklei ini kemudian berproyeksi ke hemisfer kontralateral dan ke sistem limbik. Jaras olfaktorius merupakan satu-satunya jaras sensorik yang mencapai korteks serebri tanpa melalui relay di talamus. Hubungan sentralnya kompleks dan masih belum diketahui secara lengkap.
Hubungan sistem olfaktori dengan area otak lain. Aroma yang enak akan membangkitkan selera makan dan mencetuskan refleks salivasi, sedangkan aroma yang tidak enak akan mencetuskan nausea dan keinginan untuk muntah, atau bahkan benar-benar muntah. Proses-proses ini juga melibatkan emosi: beberapa aroma menyenangkan, sedangkan aroma lainnya tidak menyenangkan. Emosi tersebut kemungkinan berasal dari sistem olfaktorius dengan hipotalamus, talamus, dan sistem limbik. Diantara hubungan lainnya, area septal juga mengirimkan serabut asosiasi ke girus cinguli. Hubungan utama sistem olfaktori dengan area otonomik adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talami. Medial forebrain bundle berjalan ke arah lateral menuju hipotalamus dan bercabang ke nuklei hipotalami. Beberapa serabut ini melanjutkan perjalanan ke batang otak untuk berakhir di pusat otonomik di formasio retikularis, nuklei salivatorii, dan nukleus dorsalis nervus vagus. Stria medularis talami berakhir di nukleus habenularis; jaras ini kemudian berlanjut ke nukleus interpedunkularis dan formasio retikularis batang otak.
Gangguan penghidu. dapat diklasifikasikan baik secara kuantitatif atau kualitatif. Gangguan penghidu kuantitatif meliputi:
  • Hiposmia: berkurangnya pembauan
  • Anosmia: hilangnya pembauan,
gangguan tersebut selalu disebabkan oleh kerusakan nervus olfaktorius di perifer, yaitu pada fila olfaktoria, atau bulbus olfaktorius dan/atau traktus olfaktorius. gangguan penghidu kualitatif meliputi
  • Kakosmia: bau busuk
  • Hiperosmia: bau terlalu kuat
  • Halusinasi olfaktori
gangguan tersebut disebabkan oleh disfungsi sentral.

Sistem Visual (N II)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar